Tulisan ini sudah pernah saya upload beberapa tahun yang lalu, Hari ini saya angkat kembali, saya angkat dengan beberapa tambahan dari adik saya Sofia Aini Abbas, karena ternyata masih banyak walisantri yang belum tahu, ingin tahu, dan merasa perlu dibentuk organisasi khusus walisantri atau semacam komite sekolah untuk mewadahi banyaknya grup-grup WA, Grup Facebook dan grup media sosial lainnya.
Bahkan ada yg memberanikan diri mengusulkan kepada asatidz, ada juga yang saling usul antar walisantri 😊 .
Dan untuk diketahui bersama hal ini notabene tidak akan pernah terwujud di Gontor
Ketika anak-anak kita ikhlaskan masuk pesantren, maka sesungguhnya disaat yang sama orang tua juga harus siap 'mesantren' kan hati, akal dan jiwa, meski asramanya di rumah masing-masing
Karena dalam perjalanan pendidikan yang akan diuji bukan hanya santrinya, tapi juga orang tuanya. Itu yang harus kita siapkan bersama.
Sebagaimana layaknya sekolah-sekolah lain, biasanya akan dibentuk lembaga orang tua murid atau semacamnya, untuk memberi masukan kepada sekolah tentang proses pendidikan yang terbaik. Tapi ini tidak boleh terjadi di Pesantren, khususnya Gontor dan juga beberapa pesantren-pesantren alumni yang mengadopsi sistem Gontor, kenapa?
Dalam sejarah pesantren berawal dari adanya seorang Kyai, datang kemudian beberapa orang santri yang ingin berguru kepada sang Kyai. Karena rumah tinggal Kyai tidak cukup, para santri tersebut kemudian bersama-sama membangun sendiri bangunan di sekitar rumah kyai untuk sarana tinggal dan mencukupi kebutuhannya.
Jadi jelaslah di sini bahwa santri-lah yang minta ilmu kepada Kyai. Minta untuk dididik, dibina, dibekali dengan bekal kelimuan yang cukup. Jadi santri yang minta! bukan Kyai-nya pasang iklan di mana-mana. Artinya santri adalah tamu yang harus taat dan patuh sepenuhnya kepada Kiai sebagai tuan rumah tanpa harus ikut mengatur apalagi protes terhadap segala aturan dan kebijakan tuan rumah.
Maka jika seseorang itu masuk pesantren lalu merasa kurang cocok dengan kondisi di pesantren itu, ya monggo saja keluar. Toh Kyai memang tidak pernah pasang Advertising, tidak janji memberikan ini itu.
Demikian juga sistemnya, tidak neko-neko, biasa-biasa saja. Tapi karena dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab, maka sepertinya itu luar biasa.
Kenapa di Gontor tidak dibentuk organisasi wali murid atau komite seperti disekolah-sekolah lain pada umumnya..??
Karena organisasi wali murid itu sangat rentan sekali turut campur dalam urusan kepesantrenan. Nanti ada yang anaknya mengeluh makanan tidak enak, lalu usul makanannya ditambahin lagi. Ada yg anaknya mengeluh tidak bisa tidur, lalu usul kamarnya ada AC-nya, ada yg anaknya kehilangan sandal lalu usul agar di pondok ada satpam.
Berbagai macam ego akan muncul sesuai dengan keluhan anak-anaknya. EGO ITULAH YANG INGIN DI HANCURKAN GONTOR. Ego-ego pribadi itu MERUSAK sistem Gontor yang sudah dibangun atas dasar KEIKHLASAN.
Padahal sistem yang sudah ada sedemikian rupa menjadi kurikulum 24 jam yang berpengaruh pada pola pembentukan mental santri, jadi sekolah di Gontor tidak hanya mengejar nilai akademis semata
Gontor tidak pernah pasang Iklan. menjanjikan fasilitas ini dan itu, santrinya bakal jadi anu, tidak pernah..!!
Orang tualah yang membawa anak-anaknya ke Gontor, meminta kepada pak Kyai agar anaknya bisa diterima di Gontor. Maka alangkah aneh, jika ada wali santri yang anaknya mondok kok minta ini dan itu ke pak Kyai.
Alangkah baiknya sebelum memasukkan putra putri ke Gontor silahkan dipertimbangkan berulang kali. Karena sistem Gontor jauh berbeda dengan sistem pendidikan di luar
Yang jelas, Gontor menerapkan keikhlasan dalam mengajar, maka dimohon keikhlasan santri pula dalam belajar juga doa dan keikhlasan walisantri untuk melepas putra-putrinya agar dididik juga dibina sepenuhnya oleh Gontor.
Sekali lagi jika dibentuk organisasi wali santri, yang muncul adalah adalah ego antar walisantri yang menginginkan kesenangan bagi anaknya.
Maka jika ingin memasukkan anak anda ke pesantren, niat yang pertama haruslah IKHLAS se IKHLAS-IKHLASnya.
Ikhlas dididik dengan segala fasilitas yang ada dipesantren, ikhlas dibina dengan disiplin dan sunnah yang ada, Ikhlas menerima apapun yang akan diterima oleh anak anda jika anak anda melanggar. Jika kurang suka dengan sistem pesantren, ya mangga saja menarik diri dari pesantren. Karena ya itulah bedanya pesantren dan sekolahan...
Pesantren bukan restoran Padang, di mana setiap pelanggannya bisa pesan menu sesuka hati. Pesantren sudah memiliki menu sendiri, bagi yang suka silahkan bagi yang tidak suka silahkan mencari lembaga yang bisa melayani keinginan pelanggannya"
(KH.Hasan Abdullah Sahal- Pimpinan Pondok Modern Gontor)
اصيني و ايّاكم
Wallahu a'lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar