senang, haru dan bangga lihat berbagai kegiatan perpulangan santri gontor dari berbagai wilayah yang dikoordinasia kawan kawan IKPM, bahkan ada pelepasan santri oleh gubernur dan wakil gubernur. Ini membuktikan gontor bisa diterima semua kalangan dan tingkatan. Kita sangat mengapresiasi kebijakan dan sistem pendidikan gontor yang memberikan rasa keadilan. siapapun tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi, punya kesempatan yang sama untuk bisa diterima belajar di pondok modern gontor.
Tahun 2019 waktu saya mengantar ujian masuk gontor anak pertama, saya pernah tanya kepada salah seorang walisantri dari luar jawa, kenapa bapak ibu memasukkan anaknya belajar di gontor?? jawabnya sederhana; kami percaya (trust) dengan gontor. kami percaya dengan sistem pendidikan yang ada di gontor, kami percaya dengan kualitas lulusan gontor, kami tahu alumni gontor yang bertebaran dimana mana
inilah modal sosial (social capital) yang masih dimiliki oleh gontor dulu sampai sekarang sehingga gontor masih bisa eksis berkembang dan terus membesar. modal sosial itu adalah kepercayaan (trust) dan jaringan (networking), serta kemampuan gontor untuk terus berbenah, beradaptasi dengan perubahan tanpa harus kekhilangan identitas, jati diri kekhasan gontor
Satu kelebihan yang dimiliki gontor dan mungkin belum ada yang lainnya; jiwa keikhlasannya, kesederhanaannya, ukhuwahnya, yang begitu solid dan kuat. tidak hanya internal gontor; ustadz dengan santri, ustadz dengan pengasuh, tapi juga ukhuwah gontor dengan alumninya, ukhuwah gontor dengan pemerintah. gontor masih bisa berjaga jarak dengan kekuasaan, tapi gontor juga tidak dalam posisi oposan frontal. gontor tetap bisa menyampaikan kritik kepada penguasa secara halus, santun, obyektif . Jadi ini semacam tri ukuwah gontor; internal pondok, pondok dengan alumni dan jaringannya, pondok dengan pemerintahnya.
Ketika saya memasukkan anak pertama ke gontor dan diterima di gontor 4 banyuwangi, dan sekarang 2021 juga memasukkan anak kedua ikut test masuk gontor (mudah2an diterima dan lulus), saya tidak terlalu banyak menuntut soal intelektual akademis. saya selalu bilang ke anak anak saya; urusan intelektual akademik, itu hal yang mudah. kami nanti akan menemukan pasionmu ketika kelas 5-6. sekarang ini kamu nikmati saja proses belajar berlatih membentuk mental karakter di gontor. Pembelajaran mental kesederhanana, keikhlasan, kepemimpinan, tanggung jawab, kepedulian, ulet, kesabaran, manajerial keorganisasian, ini adalah mental karakter tangguh untuk menjadi sukses dan pemenang. Kalau karakter ini sudah dimiliki, nalar intelektual akan menuntun dia sesuai passion dan bakatnya. Tidak ada artinya IQ 200 kalau mental karakternya cengenng, pecundang, berjiwa kalah bukan pemenang.
Dan menurut saya, gontor sukses mendidik santirnya menjadi mental petarung, tangguh. Semangat korsa (solidaritas korps alumni) sangat kuat. Ini dibukitkan oleh sebaran almninya dimana mana. secara akademik, alumni gontor tidak hanya berkiprah di bidang agama, tapi juga ada banyak yang berkiprah bidang sosial humaniora. Tahun lalu sudah dibentuk IKPM perwakilan eropa timur. ini untuk mewadahi alumni gontor yang lagi studi ambil s2 s3 di kampus amerika, rusia, italia, belanda, perancis dan lainnya.
semangat man jadda wa jadda benar benar sudah menjadi azimat yang dipraktekkan dan banyak keberhasilannya. Inilah sebabanya ada banyak anak pejabdat, anak tokoh, kyai, ulama besar, anggota DPRD, jenderal, aktifis, pengusaha, dosen, rektor, kepala daerah, petinggi TNI Polri yang rela anaknnya dikirim ke pondok gontor. bagi mereka intelektualisme bisa diasah, di kursuskan, di leskan tapi pembangunan mental karakter harus dilatih, diajarkan, ditanamkan, dibiasakan, sejak dini sehingga menjadi sebuah perilaku sosial
Gontor adalah inisiator pertama dalam pengembangan sistem pondok modern di Indonesia. Dan hampir semua pondok modern yang ada sekarang, ada jejak gontor disana. entah ada alumninya yang mengajar disitu, pendiri pondok yang pernah jadi nyantri di gontor, atau adopsi sistem kurikulum dan pembelajarnan ala gontor dan lainnya.
Dan satu hal yang saya sangat apresiasi dari gontor adalah jiwa keikhlasan dari para pengasuh. para kyai gontor full tenaga dan pikrian untuk mendidik santri, mengasuk para santri. kyai gontor tidak sibuk berpolitik, atau jadi selebrities media. Inilah yang membuat semua kalangan hormat dan respek dengan gontor. Ada seorang kyai yang dia punya pesantren besar. tapi anaknya tetap dimasukkan ke pondok gontor. saya tanya; kenapa anaknya tidak di masukkan ke pondoknya sendiri aja kyai?? " saya masukkan gontor biar nantinya ketika lulus dari gontor, dia sudah siap ambil alih kendali kepemimpinan pondok disini" katanya
Semoga jelang satu abad pondok gontor (1926-2026) Pondok modern gontor beserta seluruh cabang cabangnya semakin terus berkembang, maju dan sukses selalu. Semoga gontor bisa menjadi salah satu pakubumi menjadi penajga gawang moral akhlak dan intelektual anak anak bangsa Indonesia. Gontor memang harus terus berbenah menyiapkan diri, beradaptasi ditengah situasi perubahan dan kemajuan teknologi 4.0, gontor juga dituntut harus terus menerus melakukan inovasi dan kreatifitas barunya tanpa harus kehilangan jati diri identitas khas gontor. . Semangat Panca Jiwa gontor yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari (kemandirian), ukhuwah islamiyah dan kebebasan, harus terus menerus dihidupkan ditengah situasi dunia yang semakin amburadul, egois individualis, konsumtif. Dengan motto santri gontor; berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas bisa menjadi modal santri untuk terus berbenah berkembang berlatih dan belajr terus menerus dimanapun dan kapanpun, sehingga santri santri gontor bisa memiliki mental juara, mental petarung tangguh.
Depok, 26/5/2021
persiapan mau antar anak balik ke gontor 4 banyuwangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar