By oky rachmatulloh
Kemarin salah seorang terapis saya berbincang dengan saya, beliau membicarakan bahwa KH. Amal Fathullah pimpinan pondok modern, pernah memberikan sebuah pernyataan yang kurang lebih isinya adalah *""keturunan" Gontor itu yang penting tadrisnya"* (mengajarnya). Begitu pentingnya tadris ini, sampai di Gontor di ajarkan amaliah tadris (praktek mengajar) sebagai syarat kelulusannya. Sesuatu yang jarang kita temui di pesantren lain, di saat mereka lebih memilih mengkhatamkan kajian sebuah kitab, Gontor malah mengajari bagaimana menjadi pendidik itu, melihat bagaimana cara mengajarnya, mempersiapkan materi ajar, menyiapkan alat peraga, menanyai bagaimana materi ajarnya, dan banyak hal lain yg berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran.
Memang, Gontor bukanlah pesantren tahfidz, maka jangan tanya berapa juz yang sudah santri hafal. Gontor juga bukanlah pesantren yang berorientasi kepada fiqih, meskipun pelajaran ini juga diajarkan di Gontor. Tapi karena fiqih ini rawan khilafiyyah (perbedaan pendapat) maka proporsi mempelajarinya tidak terlalu besar. Gontor memilih tadris (mengajar) dalam titik utama pendidikannya, maka itu dimulai dari kelas 3 sudah mulai diajarkan buku "Tarbiyah wa ta'lim" (pendidikan dan pengajaran), gerakan santrinya juga tidak lepas dari mendidik dan mengajar. Kepramukaan yg dilatih kan juga sebelum jadi pembina di kelas lima, ada praktek pengayaan lapangan (PPL), praktek membina sebelum diterjunkan jadi pembina. Apa dasar Gontor memberi perhatian lebih dan pendidikan dan pengajaran ini? Bahkan anak cucu Gontor, dengan maksud pondok Alumni Gontor, diminta harus juga memberi porsi lebih pada materi ini, apapun pesantren yang dikelola nya.
Ternyata sebagaimana maksud dan tujuan pendidikan di Gontor adalah agar supaya santri santri Gontor bisa menjadi _"mundzirul qaum"_ (pemberi peringatan) kepada kaumnya. Seorang pemberi peringatan ibarat peneti, dia harus tahu kapan menari dengan semangat, kapan menari dengan gemulai. Tapi kedua tarian tersebut tidak kehilangan ke indahannya. Tetap indah gemulai meskipun dengan irama gendang berbeda. Pemberi peringatanpun demikian, dia tahu kapan harus memberi peringatan dengan keras, dan kapan memberi peringatan dengan lemah lembut. Yang jelas dia tetap memberi peringatan, meskipun dalam gaya yang berbeda.
Maka itulah hal itu diajarkan dengan proporsi lebih di Gontor. Silahkan belajar tahfidz, tapi bukan di Gontor, kelak ketika dia sudah menguasai tadris, lalu ditambah tahfidz yang dia kuasai selepas dari Gontor, maka jadilah ia pemberi peringatan yang mumpuni. Tadrisnya matang, materi qurannya juga sempurna. Begitu juga ilmu yang lain, seperti ilmu ekonomi, politik, penerbangan, kedokteran, kemiliteran, dan yang lain yang bisa dipelajari setelah selesai dari Gontor. Maka akan lahir ekonom yg bisa mengajar, dokter yang mampu mengajar, tentara yang bisa mengajar, pilot yang mampu mengajar, dan yang lain dengan satu kemampuan utamanya TADRIS atau mengajar di semua alumni Gontor....
Dan itu cita2 trimurti pendiri Gontor.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar